Saturday, 26 October 2013

Orasi Presiden PKS di UGM "Dari Kampus Mencari Pemimpin Indonesia


YOGYAKARTA - Kamis 24 Okt 2013, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, membedah sejarah bangunan kebangsaan Indonesia. Dengan mengundang tokoh partai politik (parpol), mantan kepala daerah, dan unsur lembaga riset, UGM menelisik sosok tepat pemimpin nasional mendatang.

Seminar Nasional dan Dialog Kebangsaan bertema "Dari Kampus Mencari Pemimpin Indonesia" itu digelar di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, UGM. Seminar diikuti sejumlah gurubesar politik, dosen muda, dan ratusan mahasiswa.

Tampil sebagai narasumber: Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Asosiasi Pemerintahan Kabupaten seluruh Indonesia (Apkasi) Isran Noor, Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute Hanta Yudha, dan mantan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto. 

Presiden PKS Anis Matta mengawali ulasannya dengan menegaskan hakikat politik yang seharusnya menjadi "industri" pemikiran --bukan "industri" kekuasaan. Dengan menjadikan politik sebagai bursa gagasan, maka segenap komponen bangsa mengenal secara tepat arah perjalanan ibu pertiwi.

Karenanya pula, Anis Matta mengapresiasi seminar yang digelar UGM. "Kampus memang panggung mini demokrasi, tetapi paling bertanggungjawab atas tepat atau tidak tepatnya arah perjalanan bangsa," tuturnya.

Atas dasar tersebut, Anis Matta menegaskan, Pemilu 2014 harus didudukkan bukan sekadar pintu masuk peralihan kekuasaan. Pesta demokrasi ini lebih pas dijadikan gerbang menuju gelombang perubahan ketiga Indonesia, atas setidaknya tiga tahapan sejarah perjalanan bangsa.

Menurut mantan Wakil Ketua DPR-RI ini, gelombang pertama yakni proses peralihan sejarah yang berawal pada abad XVII sampai abad XX. "Saya menyebut tahap ini sebagai gelombang menjadi Indonesia," ujar Anis Matta.

Saat itu, rinci Presiden PKS, penderitaan panjang di bawah kerajaan-kerajaan membawa rakyat bergerak dalam satu solidaritas sehingga lahirkan sebuah bangsa besar.

"Gelombang kedua ketika kita menjadi sebuah bangsa pada momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dan peristiwa Proklamasi yang mengantarkan kita memiliki sebuah negera," Anis Matta mengulas.

Sementara era reformasi, lanjutnya, lahir dari sisi kelam orde sebelumnya. Namun, anak bangsa yang mampu menangkap ruh zaman dengan memanfaatkan nilai-nilai positif orde lalu, membawa bangsa memasuki Orde Reformasi.

Perjalanan cukup panjang di atas, masih pendapat Presiden PKS, membawa Indonesia memasuki gelombang perubahan ketiga. Tuntutan perubahan ini terjadi di atas fakta bahwa kini lahir kelompok mayoritas baru yang menentukan arah bangsa ke depan.

"Sekarang kita berhadapan dengan new majority, yakni munculnya kelompok usia 45 tahun yang menguasai 60 persen populasi," tandas Anis Matta.

Sementara itu, Ketua Umum Hanura Wiranto menggarisbawahi, perubahan bangsa akan berlangsung selamat bila parpol mampu membenahi pemimpinnya. Pada saat yang sama, rakyat harus tepat menjatuhkan pilihannya pada Pemilu 2014.

"Pemimpin rakyat bukan hanya manajer, tetapi mampu mendengar harapan rakyat," tukas Wiranto.

Seminar dan dialog kebangsaan berlangsung seru karena para peserta aktif menyampaikan tanggapan atas paparan narasumber.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan