Rasanya berdosa banget jika kita begitu percaya opini media, dan mengabaikan realitas kehidupan para ikhwah yang sedemikian tulus bekerja dalam jamaah dan sangat sepi dari publisitas. Kita disibukkan oleh opini yang dikembangkan media, dan kita tidak tertarik mengetahui realitas-realitas denyut dakwah di berbagai wilayah dan wajihah.
Adakah di antara kita yang mengetahui dengan detail kinerja serta prestasi ikhwah di MITI? Mungkin kita hanya mengenal Dr. Warsito dengan penyembuhan kankernya saja, namun tidak banyak mengetahui kiprah ikhwah di bidang teknologi ini.
Luar biasa keseriusan dan usaha para kader yang "pinter-pinter" untuk berkhidmat melalui jalur ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun mereka "tidak terkenal" karena pekerjaan bidang ini sepi dari publisitas dan tidak "menggoda". Sang Maestro teknologi, Kang Harna Surapranata bahkan sudah banyak dilupakan kader sendiri, karena sudah tidak menjadi menteri.
Kader tidak mengerti kiprah Kang Harna dan para doktor dan profesor dalam upaya serius mereka menggeluti dunia teknologi. Kader hanya mengerti Yuro menang di Karanganyar dan Tamsil Linrung kalah di Kota Makassar.
Kisah kemenangan politik sangat heroik, namun kisah prestasi pendidikan, kesehatan, teknologi, dan seni budaya sangatlah sepi dari tepuk tangan ikhwah.
Maksud saya, dakwah ini bukan melulu soal politik, uang, perempuan, kekuasaan, dan sekitar itu. Dakwah ini adalah sebuah mahakarya syamilah mutakamilah.
Menyempitkan pembahasan dakwah hanya dengan melihat pilkada, pileg, pilpres dan politik praktis lainnya, akan membutakan mata kita dari melihat keagungan dan kesemestaan mahakarya dakwah.
Barusan kita dihadiahi prestasi Pustakawan DIY bahkan juara Nasional bidang Perpustakaan. Kita juga dihadiahi prestasi Notaris DIY dalam puncak kepemimpinan Ikatan Notaris Indonesia. Namanya Mohammad Ichwanul Muslimin, SH. Serta segudang prestasi kader dakwah lainnya di bidang masing-masing, yang tidak menimbulkan heroisme serta gegap gempita yang membahana di majelis liqa, mabit dan nadwah.
Ikhwah senang mendengar berita kemenangan politik, dan mendengarkan sepenuh antusias. Namun berita gembira di berbagai bidang lainnya, cenderung disikapi dengan "sekedar mengetahui". Seakan mereka bukan pahlawan, walau memang tidak ingin disebut sebagai pahlawan.
Kisah-kisah heroisme dakwah di pelosok-pelosok daerah, kisah-kisah para murabbi dan murabbiyah yang melakukan pembinaan dengan segala jerih payah, seakan tenggelam di balik gemerlap dunia politik. Kalah menarik dibanding menanti hasil Pilkada dan Pileg 2014 yang di-update setiap detik..
Percayalah kita akan linglung jika hanya memikirkan soal politik praktis, namun kita akan sangat bijaksana jika melihat dakwah dari segi syumuliyah mutakamilah-nya.
Kita cepat capek bahkan ingin istirahat jika hanya selalu bergumul dengan kepraktisan politik. Namun kita merasa mulia dan sangat kuat jika berada pada sisi dakwah yangsyamilah dan mutakamilah.
Wallahu a'lam bish shawab.
0 comments:
Post a Comment