Wednesday, 30 October 2013

Anak Tukang Jahit Sepatu Sang Calon Dosen



Remaja itu bernama Achmad Aprelio Adha. Jauh-jauh datang dari Mojokerto ke Surabaya untuk mengajukan Beasiswa Ceria RZ. Rio, panggilan akrabnya, menggunakan bus dan berjalan kaki untuk sampai kekantor RZ Surabaya.
“Saya terkejut, sebab sejak 2008 saya di RZ, baru kali ini ada seorang anak yang mengajukan beasiswa datang dari kota yang jauh jaraknya dengan kantor RZ. Biasanya pengajuan beasiswa hanya datang dari warga binaan RZ,” terang Munawaroh, amil RZ.
Rio, anak pertama dari empat bersaudara ini memiliki adik-adik yang masih kecil. Ayah Rio seorang buruh jahit sepatu dengan penghasilan tidak lebih dari Rp 300.000,00 per bulan.

“Buat saya keterbatasan finansial bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Terbukti saya pernah menjadi Duta IM3 2013 dan Gus The Best Talent Kota Mojokerto,” tutur Rio. Melihat perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa, amil RZ pun menerima berkas lamarannya dan mengupayakan agar Rio mendapatkan beasiswa.
Tibalah hari untuk melakukan survey calon penerima beasiswa. Survey ini dilakukan dengan mendatangi rumah calon penerima beasiswa untuk mengetahui kondisi keluarganya. Para amil RZ dibuat terkejut dengan bundelan foto kopi piagam prestasi dan dokumentasi rumah Rio yang dibawa oleh petugas survey. Rumah Rio terlihat sangat bersahaja, dengan dinding yang sebagian terbuat dari beton dan bagian lainnya terbuat dari bambu. Dinding beton itu merupakan hasil bantuan dari anggota TNI setempat. Sedangkan kamar Rio masih terbuat dari bambu. Melalui beragam upaya, Rio pun mendapat donatur resmi dan bergabung menjadi Anak Juara RZ cabang Surabaya.
Suatu siang saat training motivasi Anak Juara jenjang SMA, Rio bertanya kepada salah seorang trainer, “Kang Dadang, saya punya impian setelah lulus SMA melanjutkan kuliah jurusan Sastra Jawa di UGM. Setelah lulus S1, saya melanjutkan S2 dan S3 Sastra Jawa di Belanda. Lalu saya menjadi dosen Sastra Jawa di Belanda. Semua orang menertawakan impian saya ini. Lama-kelamaan semangat saya jadi menurun. Tidak lagi 100%. Sadi saya harus bagaimana?” tanya Rio.
“Impian Rio ditertawakan hanya karena impian itu belum terbukti kebenarannya. Maka dari itu, buktikan bahwa Rio bisa sukses dengan impian yang Rio pilih,” terang sang trainer.
Seketika itu, seorang amil tersentak. Teringat respon hatinya saat dulu bertanya pada Rio mengenai impiannya. Saat itu hatinya berbisik, “Kenapa anak ini mengambil jurusan itu? Padahal dia sangat pintar, prestasinya menggunung, selalu peringkat 3 besar di kelasnya, dan bersekolah di SMA favorit. Kenapa anak sepintar itu “hanya” memilih jurusan Sastra Jawa? Padahal bisa saja dia memilih Pertanian IPB, Teknik Kimia ITB atau kedokteran.”
Pada akhirnya amil tersebut menyadari bahwa setiap orang memiliki pertimbangan atas pilihannya masing-masing. Benar kata pak Dadang, bahwa mungkin Rio memiliki sudut pandang yang berbeda tentang Sastra Jawa sehingga dia memilih jurusan itu. Dan pastinya impian setiap anak adalah istimewa.
Jika saat ini orang lain menertawakan impian kita, abaikan dan terus perjuangkan impian itu. Dengan kemauan dan tekad yang kuatlah, segala keterbatasan akan terlewati. Seperti disampaikan pak Dadang, “Syukuri saja kekurangan anda. Karena ada masanya kekurangan itu akan menjadi kelebihan tersendiri untuk anda.” (rz/sbb/dakwatuna)

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan