Thursday, 5 March 2015

Menikmati Persaingan Oleh : KH Abdullah Gymnastiar |

 

(Foto: ilustrasi)

ALLAH telah menitipkan potensi luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Potensi tersebut adalah potensi untuk bersaing.



Kita bisa melihat karunia Allah yang amat luar biasa ini sejak awal proses kejadian manusia di alam rahim perempuan. Menurut biologi, satu ovum (sel telur) diserbu oleh berjuta-juta sel spermatozoa, namun yang mampu membuahi ternyata hanya satu sel spermatozoa saja.



Artinya, janin manusia tercipta justru dari bibit paling unggul karena ia telah bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil mengalahkan jutaan pesaingnya. Hal ini bukan berarti bahwa Allah sia-sia menciptakan berjuta-juta sel spermatozoa kalau hanya tidak memiliki manfaat.



Tentulah setiap sel itu memiliki potensi sama kuatnya, sama tinggi kualitasnya dan sama cepat gerakannya untuk sampai pada ovum dan membuahinya. Akan tetapi, persaingan memang harus terjadi dan hanya yang paling unggulah yang keluar sebagai pemenang.



Hikmahnya adalah bahwa manusia itu telah dibekali Allah untuk bersaing dan sekaligus potensi untuk menjadi yang terbaik. Bersaing pada hakikatnya adalah berjuang dan berikhtiar secara maksimal untuk mengungguli pihak-pihak lain yang mungkin memiliki hasrat dan keinginan yang lebih tinggi. Di samping itu, unsur persaingan akan menjadi tidak lagi bermutu, atau tidak dinamakan bersaing lagi, apabila pihak lawan diyakini lebih lemah.



Dengan demikian, kunci persaingan adalah sikap mental positif disertai semangat untuk berjuang sekuat-kuatnya dan berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada. Persaingan secara positif tidak bisa tidak akan melahirkan pemenang sejati dan sangat layak diberi predikat unggul.



Maukah kita melakukan balap sepeda, tetapi tidak ada lawan. Tentu saja kita akan menjadi juara bahkan juara umum. Kalaupun pialanya kita ambil maka orang-orang pasti akan meremehkan kita, sementara kita tentu saja tidak merasa bangga karena menjadi juara tanpa ada pesaing.



Tampaknya kebanggan ini akan sama jeleknya, atau bahkan tidak ada nilainya sama sekali, kalau kita ikut lomba balap karung, tetapi lawan yang dihadapi adalah anak-anak TK. Jelas kita akan mengalahkannya meski hanya dengan sebelah kaki dan kita pun akan menjadi juara. Namun, tentu saja juara yang tidak bisa dibanggakan karena pesaing-pesaing kita sangat tidak sebanding dan jauh lebih lemah potensinya.



Lain halnya nilai kepuasan batin yang dirasakan jikalau pesaing kita adalah orang-orang yang hebat dan sudah terbiasa meraih juara. Kendatipun kalah, kita tetap akan merasa puas karena telah memberikan yang terbaik untuk persaingan tersebut. Bahkan bisa jadi prestasi kekalahan kita melawan pesaing yang hebat itu jauh lebih bermutu dibandingkan jadi juara karena melawan pesaing yang lemah.



Melihat orang-orang yang mempunyai prestasi, niscaya akan membuat kita terbakar untuk menjadi lebih baik di antara yang baik. Oleh sebab itu, kita harus senang melihat persaingan dengan cara yang lebih positif.



Jadi, lihatlah pesaing-pesaing kita dengan pemikiran positif. Pelajari keunggulan mereka tanpa harus disertai dengan kebencian. Anggaplah mereka bagian dari karunia Allah agar kita bisa menjadi lebih bergairah dalam memompa kemampuan terbaik kita.



Rindu untuk menjadi pribadi muslim yang unggul dan terbaik di tengah-tengah manusia dan di hadapan Allah adalah ciri seorang Muslim yang menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari umat terbaik yang Insya Allah menjadi rahmatan lilalamin. Bukankah Allah telah berfirman.



Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang maruf dan mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Q.S. Ali Imran [3] : 110).

(site.inilah.com)

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan