Jurnalis Turki, Kemal Öztürk, mengatakan adanya rahasia bersamaan dengan kunjungan presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ke Arab Saudi. Hal yang masih belum diketahui itu adalah sebuah kesepakatan yang akhirnya membuat orang melihat akhir dari hubungan antara Saudi dan pemerintah kudeta di Mesir.
Öztürk, yang juga merupakan mantan direktur kantor berita Turki Anadolu, seperti dilansir halaman Anadolu di facebook, Kamis (5/3/2015) hari ini, menulis, “Sebelum Raja Abdullah wafat, sebenarnya Erdogan sudah merencanakan kunjungan ke Saudi untuk menjenguk raja. Hal itu disampaikan kepada putra makhota, Salman bin Abdulaziz. Salman meminta Turki menunggu satu-dua hari untuk menentukan tempat menerima kunjungan Erdogan. Dari sinilah pemerintah Ankara memperkirakan bahwa Raja Abdullah dalam kondisi yang sangat kritis dan akan segera wafat.”
Öztürk melanjutkan, “Benar, dua hari kemudian Raja Abdullah dinyatakan meninggal dunia. Erdogan, yang saat itu sedang berada di Somalia, langsung mempersingkat kunjungan dan bertolak menuju Riyadh untuk bertakziyah dan mengikuti prosesi penguburan Raja Abdullah.”
Menurut Öztürk, hingga kini belum diketahui kesepakatan apa yang tercapai antara Erdogan dan raja baru, Salman bin Abdulaziz. Yang jelas, efek dari kesepakatan itu, Saudi langsung menarik dukungannya kepada pemerintah kudeta Mesir di bawah pimpinan As-Sisi. Hubungan kedua negara besar, Saudi dan Turki, pun membaik. Diperkirakan akan semakin membaik setelah Raja Salman membalas dengan kunjungan ke Ankara.
Öztürk menambahkan bahwa kesepakatan ini juga membuat Mesir, Iran, Rusia, Inggris, Prancis, dan Amerika mempertimbangkan kembali langkah-langkah politiknya. Negara-negara yang mengikuti Turki dan Saudi, seperti Qatar, Emirat, Kuwait, Yordania, Bahrain, dan banyak negara Eropa, juga akan mengubah kebijakannya. Oleh karena itu, akan ada perubahan drastris dalam peta politik mendatang.(msa/dakwatuna)
0 comments:
Post a Comment