Oleh : Berric Dondarrion
Berkat kesaksian Gun Gun Heriyanto, dosen ilmu komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang mengaku pernah diminta sumbangan artikel untuk Tabloid Obor Rakyat, akhirnya pengelola dan kolumnis Obor rakyat
yang menghebohkan itu diketahui bernama Darmawan Sepriyossa dan Setiyardi
Boediono, Komisaris PTPN XIII, keduanya mantan jurnalis Majalah Tempo.
Skak mat bagi kubu
Prabowo-Hatta? Tidak juga karena sudah diketahui bahwa Jokowi-JK memiliki hobi
melakukan Politik Dizolimi alias Play Victim maka dapat dipastikan Obor
Rakyat juga adalah bagian taktik “menyakiti diri sendiri dan kemudian
menyalahkan orang lain sebagai pelakunya” yang secara konsisten dimainkan oleh
Jokowi selama dua tahun terakhir.
Awalnya terbersit Obor Rakyat memang diterbitkan
oleh kubu Prabowo-Hatta, dan bila demikian maka mereka bodoh. Tapi bila dipikir
sekali lagi, proses terbukanya identitas di balik pengelola Obor Rakyat sangat
mencurigakan bukan? Bila Obor Rakyat memang dimaksudkan sebagai kampanye hitam,
lantas untuk apa Darmawan Sepriyossa menghubungi Gun Gun Heriyanto untuk
meminta artikel dan menayangkan artikel tersebut di tabloid yang
notabene menjadi heboh karena dorongan kubu Jokowi-JK sendiri. Tindakan
Darmawan Sepriyossa tersebut jelas menimbulkan remah-remah roti besar yang
mengarah ke dirinya dan selanjutnya dia menunjuk
hidung Setiyardi sebagai pengelolanya. Eureka!
Main Politik Dizolimi lagi si Jokowi…dasar..
Kasus ini 100%
identik kasus babinsa bukan? Ketika itu SBY dengan emosi mengungkap bahwa ada
oknum TNI/Polri aktif yang seharusnya netral tapi malah mendukung salah satu
pasangan capres dengan alasan mencari sekoci penyelamat. Setelah itu kubu
Jokowi-JK melempar isu babinsa memihak Prabowo-Hatta tapi sekarang malah
terbukti bahwa TNI, Polri dan BIN mendukung mereka dengan aktif menjegal lawan;
dan lebih parahnya Trimedya Pandjaitan, timses Jokowi-JK malah ketangkap basah
bertemu Komjend Budi Gunawan dan Komisaris KPU Hadar Hafis Gumay dengan tujuan
antara lain memberikan soal contekan kepada Jokowi-JK untuk debat capres.
Benar kata pepatah, sepandai-pandainya tupai
melompat, akhirnya jatuh juga dan bau bangkai pasti tercium. Mari kita lihat beberapa bukti bahwa Obor Rakyat adalah
pekerjaan kubu Jokowi-JK:
Bukti Pertama: Kita harus ingat bahwa Luhut Binsar
Pandjaitan/LB Pandjaitan sang anak emas dan anak murid Benny Moerdani yang
berarti cucu murid Ali Moertopo adalah orang yang membina dan mempersiapkan
Jokowi sebagai capres boneka untuk menandingi Prabowo. Dengan demikian strategi yang
dijalankan oleh LB Pandjaitan untuk memenangkan Jokowi pasti mengadopsi ilmu
penggalangan Ali Moertopo dan LB Moerdani.
Bukti Kedua: Formula yang digunakan oleh kubu Jokowi-JK melalui tangan intel partikelirnya, LB Pandjaitan adalah formula yang sama
ketika Ali Moertopo merekayasa Kerusuhan Malari 15 Januari 1974/Malari sampai
ketika Benny Moerdani merekayasa Peristiwa 27 Juli 1996/Kudatuli dan Kerusuhan
13-14 Mei 1998/Rusuh Mei:
a. Tabloid Obor Rakyat yang berisi berita-berita negatif tentang Jokowi yang
mengambil isi tulisan Raden Nuh di Twitter via Triomacan2000 tanpa sedikitpun
menulis tentang Prabowo atau Hatta sehingga mudah menggiring opini bahwa tabloid tersebut dibuat oleh kubu Prabowo-Hatta
untuk mendiskriditkan Jokowi-JK.
Formula di atas adalah mirip proses awal
dimulainya Malari yaitu melalui Dokumen Ramadi yang menyatakan masa
kepemimpinan Soeharto sudah akan berakhir dan akan diganti oleh Jenderal
Soemitro; sama dengan angket buatan Aberson Marie Silaloho menjelang Kudatuli
yang menyatakan masa kepemimpinan Soeharto harus diteruskan oleh Megawati dan
mirip dengan dokumen rencana revolusi oleh “kelompok pro demokrasi” yang
ditemukan di Rumah Susun Johar di Tanah Tinggi, Tanah Abang setelah ada bom
rakitan meledak prematur lima bulan sebelum Rusuhan Mei.
b. Sejak awal Tabloid Obor Rakyat sudah diarahkan
kepada Prabowo-Hatta diarahkan sejak Darmawan Sepriyossa meminta Gun Gun
Heriyanto menyumbang artikel yang masuk ke Tabloid Obor Rakyat dan setelah Gun
Gun mengungkap fakta ini, Darmawan mengungkap pengelola tabloid adalah Setiardi
Boediono yang di facebooknya berisi puja-puji kepada Prabowo.
Malari dari awal sudah diarahkan kepada target
penjatuhan yaitu Jenderal Soemitro sebab dia dekat dengan Hariman Siregar
pemimpin mahasiswa, rumor dia
mencetuskan “Kepemimpinan Gaya Baru” dan Dokumen Ramadi. Demikian pula Kudatuli
dari awal diarahkan kepada Soeharto seperti Dr. Soerjadi dikisahkan direkrut
untuk menggeser Megawati, kongres di Medan dibayar oleh cukong Orde Baru
(Sofjan Wanandi); dan Alex Widya Siregar sebagai pengumpul preman yang
menyerang adalah PDI Pro Soerjadi
dan pemimpin serangan adalah Sutiyoso dan SBY. Begitu juga dengan Rusuh Mei,
sejak awal penembakan Trisakti; “penculikan aktivis” dan Rusuh Mei sudah
ditiupkan ke arah Prabowo dan Soeharto, selain itu PRD meniupkan rumor bahwa
dokumen di Tanah Tinggi adalah rekayasa intelijen.
c. Bau busuk Tabloid Obor Rakyat tercium karena
mereka hanya mengulang isi tweet akun Triomacan2000/TM2000, dan kita tahu bahwa admin akun tersebut adalah Raden Nuh; Abdul Rasyid; dan
Syahganda Nainggolan, ketiganya adalah mantan HMI dan sebelum kampanye pilpres
tidak pernah “menyerang” tokoh alumni HMI, dan pengecualian dilakukan baru-baru
ini dengan “membuka korupsi Jusuf Kalla.” Raden Nuh adalah kader Partai Hanura,
partai pendukung Jokowi yang mengidolakan Wiranto; Abdul Rasyid memang staf
khusus menko perekonomian di bawah Hatta Rajasa tapi sekarang dia menjadi
stafsus Chairul Tandjung sebagai menko yang baru, dan uniknya Abdul Rasyid dan
Syahganda adalah orang yang memprakarsai berdirinya Pamswakarsa atas permintaan
Wiranto. Wiranto sendiri adalah binaan Benny Moerdani yang ditempatkan di
kabinet terakhirnya Presiden Soeharto!! Sedangkan Darmawan Sepriyossa dan
Setiardi Boediono adalah mantan jurnalis majalah Tempo tidak lain adalah
pendukung utama Jokowi-JK dan didirikan Goenawan Mohamad, anak didik Ivan Kats
sebagai agen CIA dan Fikri Jufri yang sangat mengidolakan Benny Moerdani dari
CSIS!!
Malari terkuak karena ternyata Hariman Siregar,
pemimpin demo mahasiswa adalah bentukan dari Ali Moertopo sendiri; demikian
pula massa yang menunggangi demo adalah massa GUPPI yang dilatih oleh Ali
Moertopo di CSIS dan Lim Bian Koen dari CSIS terekam sering datang ke kantor
GUPPI bertemu Ramadi yang setelah Malari mati misterius di tahanan. Kudatuli
terkuak karena berdasarkan kesaksian Rachmawati Soekarnoputri, adik Megawati
terungkap ternyata Megawati dan Benny bersekongkol untuk menjatuhkan Soeharto,
selain itu Dr. Soerjadi, dan Aberson Marie adalah anak didik Benny Moerdani.
Sedangkan “penculikan aktivis”; penembakan Trisakti; Rusuh Mei terungkap karena
kesaksian Salim Said bahwa Benny Moerdani mau menjatuhkan Soeharto melalui
gerakan massa yang mengejar orang China dan Kristen; kesaksian Lim Bian Koen,
pendiri CSIS di bukunya bahwa Wiranto adalah anak didik terakhir Benny Moerdani
di kabinet Soeharto, dan Fachrul Razi maupun Soebagyo HS adalah anggota klik
Wiranto yang setia pada Benny.
d. Uraian huruf a, b, dan c memang belum cukup
membuktikan bahwa Tabloid Obor Rakyat terbit atas instruksi kubu Jokowi-JK tapi
dapat dijadikan titik tolak untuk menyelidiki lebih dalam, misalnya siapa di
belakang akun TM2000 yang tiba-tiba berstatus non-aktif setelah pengelola
Tabloid Obor Rakyat terbongkar? Selain alumni Tempo,
apakah Darmawan Sepriyossa, Gun Gun Heriyanto dan Setiardi Boediono memiliki
hubungan dengan kubu Jokowi-JK? Siapa yang membiayai penerbitan Tabloid Obor
Rakyat? Mengapa mereka membuat berita dengan mendasarkan kepada twit TM2000?
Mengapa Jokowi mendiamkan twit dari TM2000 bahwa dia tidak bisa sholat dan
menunggu sekian lama baru dia bersedia diliput sholat berjemaah, biar kesan
dizolimi bisa meningkat?
Saya tidak akan heran bila nantinya ditemukan
Darmawan Sepriyossa, Gun Gun Heriyanto dan Setiardi Boediono ditemukan memiliki
hubungan dengan kubu Jokowi-JK sama seperti ketiga admin TM2000 memiliki
hubungan dengan Wiranto dan Hanura; toh semua jenderal yang di sisi Jokowi-JK
memang memiliki hubungan dengan Wiranto, apalagi nyatanya JK “memelihara”
orang-orang yang dia tempatkan di partai lain supaya menggerakan partai sesuai
kepentingan dia seperti Bupati Kabupaten Bogor Rachmat Yasin dari PPP atau
Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, mantan Golkar yang pindah ke Demokrat
tapi setia kepada Jusuf Kalla.
Berdasarkan bukti-bukti di atas maka kita bisa
memasukan isu Tabloid Obor Rakyat ke daftar Politik Dizolimi yang sudah
dilakukan oleh Jokowi-JK.
0 comments:
Post a Comment