Hal tersebut dipicu oleh hasil analisa Clare Lopez, mantan petugas operasi CIA,
seorang ahli kebijakan dan intelijen strategis dengan fokus pada Timur Tengah,
pertahanan nasional, WMD, dan isu-isu kontraterorisme, melalui emailnya kepada
West.
Lopez mengherankan mengapa tidak ada media AS yang jeli dengan kalimat pembuka
Bob Bergdahl menyusul pernyataan Obama mengenai kebijakannya untuk segera
menukar Sersan Bowe dengan 5 orang Thaliban, tawanan Guantanamo asal
Afghanistan.
“Kalimat itu adalah bismillah, itu kalimat pembuka untuk semua surat di dalam
Al-Qur’an,” tegas Lopez kepada West dalam emailnya.
Analisa Lopez disebut West sebagai hal yang memprihatinkan AS. Lebih dalam
lagi, West menyatakan bahwa ini adalah fakta bahwa “Islam” telah masuk ke
Gedung Putih dan harus diterima masyarakat Amerika Serikat, “Bukan konspirasi
dan bukan isu.” Apalagi Obama menampakkan pelukan bersahabat dengan Bob, yang
diragukan nasionalismenya dan dituduh pro-Islam.
“Bagi Republikan, dukungan Obama untuk menukar tahanan adalah bukti semua
kesalahan Obama yang selalu mengambil keputusan sendiri tanpa ada perundingan
dengan konstitusi AS,” demikian kutipan dari politican.com. Begitu pula pada
beberapa media sosial, masyarakat menganggap Obama lebih memilih bernegosiasi
dengan pihak asing daripada bertanya kepada masyarakatnya.
Bergdahl Muslim?
Dengan sebab ucapan bismillah, maka kini West menyebarkan wacana kepada
masyarakat AS guna meragukan kesetiaan Bergdahl sekeluarga terhadap negaranya.
Namun beberapa kalangan di media sosial belum yakin sepenuhnya apakah mereka
sudah memeluk Islam, karena Bob dan istri tidak beratribut Muslim secara
lengkap dan tidak mengucapkan salam pada pernyataannya di video tersebut.
Bowe Bergdahl sendiri, terakhir terpublikasi melalui video yang dirilis
Thaliban pada April lalu, nampak sehat dan memeragakan gerakan push up, lantas
bermohon agar dibebaskan oleh Pemerintah AS melalui pertukaran tahanan
Thaliban.
Sementara itu, pada pemberitaan Daily Mail di Inggris, seorang deputi komandan
Thaliban di distrik Paktika—lokasi basis militer dimana Bowe bertugas dan
diculik—yang menyebut dirinya Haji Nadeem, mengatakan bahwa Bowe mengajarinya
cara membongkar telepon selular dan mengubahnya menjadi remote control untuk
sebuah bom pinggir jalan.
Nadeem mengklaim bahwa ia juga menerima pelatihan dasar penyergapan dari
tentara AS. “Sebagian besar keterampilan ia ajarkan kepada kami, sudah kami
ketahui sebelumnya,” katanya.
“Beberapa rekan saya berpikir, dia berpura-pura menjadi Muslim untuk
menyelamatkan dirinya sendiri sehingga mereka tidak akan memenggal kepala dia,”
tambahnya.
“Apapun alasannya, kita harus tetap waspada dan menambah persenjataan di rumah
kita. Orang Muslim sedang menjadikan Gedung Putih sebagai masjid,” posting
sebuah situs yang mewakili komunitas cyber masyarakat AS dengan inisial DZ.
Allahu Akbar! (adibahasan/arrahmah.com)
0 comments:
Post a Comment