Setiap ajang pilihan pasti
meninggalkan dampak sosial, masih ingat kabar Pemilihan Kepala Desa di Kab.
Semarang yang menelan korban nyawa lantaran saling sengketa antara pendukung
yang kalah dan yang menang? Inilah demokrasi yang dipuja itu, mulai dari pilihan
Presiden hingga pilihan tingkat desa menggunakan system demokrasi secara
langsung alasannya agar mengakomodir suara rakyat, tak heran jika kini system
itu dievaluasi ulang mengingat dampak sosial dan biaya yang digunakan begitu
besar jumlahnya. Indonesia sendiri sebenarnya sedang belajar demokrasi.
Pemilu memang mahal dan kejam tapi
itulah konsekuensi logis yang pasti terjadi, dalam hukum politik akan ada yang
dikorbankan tak peduli dia benar atau salah, inilah hukum rimba politik, dalam
banyak kasus kita sering menjumpai trik dan intrik para politisi untuk menjegal
orang yang dianggap sebagai lawan, injak bawah tarik yang atas, sikut kanan
sikat yang kiri akibatnya orang yang belum tentu salah harus merasakan hidup
diruang terbatas dilain sisi orang yang belum tentu benar bisa tertawa lebar.
Dalam politik menggoreng isu adalah
hal biasa, bukankah politik itu abu-abu, semua serba samar tidak ada yang
pasti, siang kedelai malam jadi tempe. Kebenaran itu seperti batu, walaupun
digoreng terus-menerus ia akan tetap berwujud batu dengan warna dan kekuatan
yang sama, itulah filosofi kebenaran, sebesar apapun usaha untuk
menghancurkannya kebenaran tidak akan pupus.
Dalam hal pilihan bisa jadi ada
calon yang tidak puas dengan hasil yang diumumkan dan menganggap terjadi
kecurangan dilapangan, tapi kita punya mekanisme pembuktian, kita patut
apresiasi langkah pasangan Prabowo-Hatta yang mengajukan gugatan ke Mahkamah
Konstitusi karena merasa dicurangi dalam proses pemilihan Presiden dan kita
juga apresiasi kepada KPU yang secara sportif dan lapang dada melayani gugatan
pihak yang merasa dicurangi. Memang sudah seharusnya jika ada calon yang tidak
puas terhadap hasil Pemilu menggunakan mekanisme hukum untuk membuktikan
tuduhannya karena disitulah kita bisa mengorek informasi dari semua pihak yang
terlibat dan membeberkan bukti sejelas-jelasnya sehingga kebenaran dapat
dibuktikan, jangan sampai karena kebenaran yang tertutupi menyebabkan dampak
negatif di kalangan grass root yang bisa jadi membuka ruang fitnah lebih besar,
akibatnya para pendukung saling mengklaim bahwa calonnya yang benar dan
menganggap calon lain yang salah jika sudah demikian muncullah permusuhan dan
dendam berkepanjangan bisa jadi saling serang antar kawan. Entah berapa banyak hubungan
persaudaraan yang putus, pertemanan menjadi kandas dan nyawa ikut melayang,
itulah konsekuensi yang tidak bisa dihindari.
Dampak itu sebenarnya bisa dicegah
asalkan semua berpegang pada prinsip kebenaran dan tidak saling menutupi, namun
demikian yakin saja pada saatnya kebenaran pasti terlihat, kalaupun tidak
didunia, yakinlah ia sudah tercatat dilangit sana bersama sang pemilik
kebenaran. (Erf)
0 comments:
Post a Comment